Last Poem For Eternity

November 7, 2010 § Leave a comment


by Zahrani Ariyani @zahranoii

20 puluh tahun sudah aku berada dibumi ini,18 tahun aku merasakan kasih sayang seorang ibu bersama dua adikku, lalu 2 tahun nya lagi aku mulai belajar untuk belajar menjadi sosok perempuan untuk mengurus kedua adikku dan ayahku.

Selama delapan belas tahun, ibuku selalu berkata “kamu harus bernasib lebih baik, daripada ibu dulu, ibu sama ayah mau ngelakuin apa aja yang bisa bikin kakak bahagia”. Ibu ku adalah sosok wanita yang kuat, beliau adalah seorang wanita, tapi dia bisa memopang pondasi keluarga kami, (karena kebetulan ayahku di PHK ketika negri ini mengalami krimon). Orang tuaku adalah orang tua yang kuat. Kuat, karena ada cinta di antara mereka, dengan apa mereka membangun keluarga ini.

Aku sangat mengagumi sosok ibuku, dia memberikan pesan “kamu harus cari suami yang seperti ayah”.

Tanggal 24 mei 2008 adalah hari ulang tahun ayah. 30 mei 2008, Tuhan memanggil ibu karena kecelakaan yang dialami beliau sehari sebelumnya. Saat hari ulang tahun ayahku, beliau menuliskan puisi untuk ayah sebagai hadiah untuknya, dan sebagai puisi dan kado terakhir darinya.

to my wonderful husband

how do i begin to tell you how lucky i am

to have you in my life?

i’ll start by saying those very touching words you said to me

the day you became my husband

you’ve been my best friend in the good times

and my rock in times of sorrow

you’re the reason for sweet  old days

and promises for tomorrow

i never thought i could feel this loved

until you became my husband

you made this year and every year the one for me

hopefully God will always give His blessing to us and our kids

love always, your wife



Tagged:

Leave a comment

What’s this?

You are currently reading Last Poem For Eternity at Cubiculum Notatum.

meta